DEFINISI FRAKTUR ATAU PATAH TULANG
FRAKTUR
1. Definisi
Fraktur adalah patah atau gangguan kontinuitas jaringan tulang
( PUSDIKNAKES DEPKES, 1995 : 75 )
( PUSDIKNAKES DEPKES, 1995 : 75 )
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas struktur jaringan tulang, baik itu
tulang rawan, sendi, tulang epifisis, baik yang bersifat total maupun yang
parsial. ( Chairuddin, 2000 : 388 )
Fraktur adalah terputusnya kerusakan kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai
jenis dan luasnya.
( Brunner dan Suddarh’s, Ed. 8 Vol. 3 Hal : 2357)
( Brunner dan Suddarh’s, Ed. 8 Vol. 3 Hal : 2357)
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa fraktur adalah terputusnya
kontinuitas jaringan tulang, baik yang bersifat total maupun parsial.
2. Etiologi Fraktur
Etiologi fraktur secara umum yaitu :
a. Fraktur terjadi ketika tekanan yang menimpa tulang lebih besar dari
pada daya tahan tulang akibat trauma.
b. Fraktur terjadi karena penyakit tulang seperti tumor tulang, osteoporosis yang disebut fraktur pathologis.
c. Fraktur stress atau fatigue, fraktur yang fatigue biasanya sebagai akibat dari penggunaan tulang secara berlebihan yang berulang – ulang.
2. Etiologi Fraktur
Etiologi fraktur secara umum yaitu :
a. Fraktur terjadi ketika tekanan yang menimpa tulang lebih besar dari
pada daya tahan tulang akibat trauma.
b. Fraktur terjadi karena penyakit tulang seperti tumor tulang, osteoporosis yang disebut fraktur pathologis.
c. Fraktur stress atau fatigue, fraktur yang fatigue biasanya sebagai akibat dari penggunaan tulang secara berlebihan yang berulang – ulang.
I. Patofisiologi
Penyebab fraktur adalah trauma
Fraktur patologis; fraktur yang diakibatkan oleh trauma minimal atau tanpa trauma berupa
yang disebabkan oleh suatu proses., yaitu :
• Osteoporosis Imperfekta
• Osteoporosis
• Penyakit metabolik
yang disebabkan oleh suatu proses., yaitu :
• Osteoporosis Imperfekta
• Osteoporosis
• Penyakit metabolik
Trauma
Dibagi menjadi dua, yaitu :
Dibagi menjadi dua, yaitu :
•
Trauma langsung, yaitu benturan pada tulang. Biasanya penderita
terjatuh dengan posisi miring dimana daerah trokhanter mayor langsung
terbentur dengan benda keras (jalanan).
• Trauma tak langsung, yaitu
titik tumpuan benturan dan fraktur berjauhan, misalnya jatuh terpeleset
di kamar mandi pada orangtua.
3. Tanda dan Gejala Fraktur
a. Deformitas ( perubssahan struktur atau bentuk)
b. Bengkak atau penumpukan cairan/darah karena kerusakan pembuluh darah
c. Ekimosis ( perdarahan subkutan)
d. Spasme otot karena kontraksi involunter disekitar fraktur
e. Nyeri, karena kerusakan jaringan dan perubahan struktur yang meningkat karena penekanan sisi-sisi fraktur dan pergerakan bagian fraktur
f. Kurangnya sensasi yang dapat terjadi karena adanya gangguan syaraf, dimana syaraf ini terjepit atau terputus oleh fragmen tulang
g. Hilangnya atau berkurangnya fungsi normal karena ketidakstabilan tulang, nyeri atau spasme otot
h. Pergerakan abnormal
i. Krepitasi, yang dapat dirasakan atau didengar bila fraktur digerakan
j. Hasil foto rontgen yang abnormal
b. Bengkak atau penumpukan cairan/darah karena kerusakan pembuluh darah
c. Ekimosis ( perdarahan subkutan)
d. Spasme otot karena kontraksi involunter disekitar fraktur
e. Nyeri, karena kerusakan jaringan dan perubahan struktur yang meningkat karena penekanan sisi-sisi fraktur dan pergerakan bagian fraktur
f. Kurangnya sensasi yang dapat terjadi karena adanya gangguan syaraf, dimana syaraf ini terjepit atau terputus oleh fragmen tulang
g. Hilangnya atau berkurangnya fungsi normal karena ketidakstabilan tulang, nyeri atau spasme otot
h. Pergerakan abnormal
i. Krepitasi, yang dapat dirasakan atau didengar bila fraktur digerakan
j. Hasil foto rontgen yang abnormal
Akibat terjadi kepatahan/patah tulang, tulang tersebut mengadakan adaptasi terhadap kondisi tersebut, diantaranya adalah mengalami proses penyembuhan atau perbaikan tulang.
Faktor Fraktur tersebut dapat diperbaiki tapi prosesnya lambat, karena melibatkan pembentukan tulang baru. Proses tersebut terjadi secara bertahap, yang dikaji dalam 4 tahap yaitu :
1) Pembentukan prokallus/haematoma
Haematoma akan terbentuk pada 48 sampai 72 jam pertama pada fraktur yang
disebabkan karena adanya perdarahan yang terkumpul disekitar fraktur yaitu
darah dan eksudat, kemudian akan diserbu oleh kapiler dan sel darah putih
terutama netrofil, kemudian diikat oleh makrofag, sehingga akan terbentuk
jaringan granulasi.
2) Pembentukan Kallus
Selama 5 sampai 5 hari osteoblast menyusun trabekula disekitar ruangan-ruangan
yang kelak menjadi saluran harvest. Jaringan itu ialah jaringan osteosid,
disebut Kallus yang berfungsi sebagai bidai (Splint) yang terbentuk pada akhir
minggu kedua.
3) Osifikasi
Dimulai pada 2 sampai 3 minggu setelah fraktur jaringan kallus akhirnya akan
diendapi oleh garam-garam mineral, dan akan terbentuk tulang yang menghubungkan
kedua sisi yang patah.
4) Penggabungan dan Remodelling
Kallus tebal diabsopsi oleh aktivitas dari osteoblast dan osteoclast menjadi
konteks baru yang sama dengan konteks sebelum fraktur.Remodeling berlangsung 4
sampai 8 bulan.
K. Penalaksanaan
• X.Ray
• Bone scans, Tomogram, atau MRI Scans
• Arteriogram : dilakukan bila ada kerusakan vaskuler.
• CCT kalau banyak kerusakan otot.
• Bone scans, Tomogram, atau MRI Scans
• Arteriogram : dilakukan bila ada kerusakan vaskuler.
• CCT kalau banyak kerusakan otot.
a. Traksi
Penyembuhan fraktur bertujuan mengembalikan fungsi tulang yang patah dalam jangka waktu sesingkat mungkin.
Metode Pemasangan traksi:
Metode Pemasangan traksi:
Traksi Manual
Tujuan : Perbaikan dislokasi, Mengurangi fraktur, Pada keadaan Emergency.
Dilakukan dengan menarik bagian tubuh.
Traksi Mekanik
Tujuan : Perbaikan dislokasi, Mengurangi fraktur, Pada keadaan Emergency.
Dilakukan dengan menarik bagian tubuh.
Traksi Mekanik
Ada dua macam, yaitu :
1. Traksi Kulit
Dipasang pada dasar sistem skeletal untuk struktur yang lain, misalnya: otot. Traksi kulit terbatas
untuk 4 minggu dan beban < 5 kg.
Untuk anak-anak waktu beban tersebut mencukupi untuk dipakai sebagai fraksi definitif, bila tidak diteruskan dengan pemasangan gips.
Dipasang pada dasar sistem skeletal untuk struktur yang lain, misalnya: otot. Traksi kulit terbatas
untuk 4 minggu dan beban < 5 kg.
Untuk anak-anak waktu beban tersebut mencukupi untuk dipakai sebagai fraksi definitif, bila tidak diteruskan dengan pemasangan gips.
2. Traksi Skeletal
Merupakan traksi definitif pada orang dewasa yang merupakan balanced traction. Dilakukan untuk menyempurnakan luka operasi dengan kawat metal atau penjepit melalui tulang/jaringan metal.
Merupakan traksi definitif pada orang dewasa yang merupakan balanced traction. Dilakukan untuk menyempurnakan luka operasi dengan kawat metal atau penjepit melalui tulang/jaringan metal.
Kegunaan Pemasangan Traksi
Traksi yang dipasang pada leher, di tungkai, lengan atau panggul, kegunaannya:
• Mengurangi nyeri akibat spasme otot
• Memperbaiki dan mencegah deformitas
• Immobilisasi
• Difraksi penyakit (dengan penekanan untuk nyeri tulang sendi).
• Mengencangkan pada perlekatannya.
• Mengurangi nyeri akibat spasme otot
• Memperbaiki dan mencegah deformitas
• Immobilisasi
• Difraksi penyakit (dengan penekanan untuk nyeri tulang sendi).
• Mengencangkan pada perlekatannya.
Macam - Macam Traksi
1. Traksi Panggul
Disempurnakan dengan pemasangan sebuah ikat pinggang di atas untuk mengikat puncak iliaka.
1. Traksi Panggul
Disempurnakan dengan pemasangan sebuah ikat pinggang di atas untuk mengikat puncak iliaka.
2. Traksi Ekstension (Buck’s Extention)
Lebih sederhana dari traksi kulit dengan menekan lurus satu kaki ke dua kaki. Digunakan untuk immibilisasi tungkai lengan untuk waktu yang singkat atau untuk mengurangi spasme otot.
Lebih sederhana dari traksi kulit dengan menekan lurus satu kaki ke dua kaki. Digunakan untuk immibilisasi tungkai lengan untuk waktu yang singkat atau untuk mengurangi spasme otot.
3. Traksi Cervikal
Digunakan untuk menahan kepala extensi pada keseleo, kejang dan spasme. Traksi ini biasa dipasang dengan halter kepala.
4. Traksi Russell’s
Traksi ini digunakan untuk frakstur batang femur. Kadang-kadang juga digunakan untuk terapi nyeri punggung bagian bawah. Traksi kulit untuk skeletal yang biasa digunakan. Traksi ini dibuat sebuah bagian depan dan atas untuk menekan kaki dengan pemasangan vertikal pada lutut secara horisontal pada tibia atau fibula.
4. Traksi Russell’s
Traksi ini digunakan untuk frakstur batang femur. Kadang-kadang juga digunakan untuk terapi nyeri punggung bagian bawah. Traksi kulit untuk skeletal yang biasa digunakan. Traksi ini dibuat sebuah bagian depan dan atas untuk menekan kaki dengan pemasangan vertikal pada lutut secara horisontal pada tibia atau fibula.
5. Traksi khusus untuk anak-anak
Penderita
tidur terlentang 1-2 jam, di bawah tuberositas tibia dibor dengan
steinman pen, dipasang staples pada steiman pen. Paha ditopang dengan
thomas splint, sedang tungkai bawah ditopang atau Pearson attachment.
Tarikan dipertahankan sampai 2 minggu atau lebih, sampai tulangnya
membentuk callus yang cukup. Sementara itu otot-otot paha dapat dilatih
secara aktif.
Gips yang ideal adalah yang membungkus tubuh sesuai dengan bentuk tubuh. Indikasi dilakukan pemasangan gips adalah :
- Immobilisasi dan penyangga fraktur
- Istirahatkan dan stabilisasi
- Koreksi deformitas
- Mengurangi aktifitas
- Membuat cetakan tubuh orthotik
- Immobilisasi dan penyangga fraktur
- Istirahatkan dan stabilisasi
- Koreksi deformitas
- Mengurangi aktifitas
- Membuat cetakan tubuh orthotik
Sedangkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemasangan gips adalah :
- Gips yang pas tidak akan menimbulkan perlukaan
- Gips patah tidak bisa digunakan
- Gips yang terlalu kecil atau terlalu longgar sangat membahayakan klien
- Jangan merusak / menekan gips
- Jangan pernah memasukkan benda asing ke dalam gips / menggaruk
- Jangan meletakkan gips lebih rendah dari tubuh terlalu lama
c. Pembidaian
Tujuan utama pembidaian adalah untuk mencegah terjadinya pergerakan anggota tubuh yang cedera. Bidai harus mencakup sendi dan tulang agar efektif.
1. Mencegah pergerakan / pergeseran dari ujung tulang yang patah.
2. Mengurangi terjadinya cedera baru di sekitar bagian tulang yang patah
3. Memberi istirahat pada anggota badan yang patah
4. Mengurangi rasa nyeri
5. Mengurangi risiko kejadian fat embolism syndrome dan syok
6. Mengurangi perdarahan
2. Mengurangi terjadinya cedera baru di sekitar bagian tulang yang patah
3. Memberi istirahat pada anggota badan yang patah
4. Mengurangi rasa nyeri
5. Mengurangi risiko kejadian fat embolism syndrome dan syok
6. Mengurangi perdarahan
Membantu mempercepat proses penyembuhan
1. Mencegah pergerakan / pergeseran dari ujung tulang yang patah.
2. Mengurangi terjadinya cedera baru di sekitar bagian tulang yang patah
3. Memberi istirahat pada anggota badan yang patah
4. Mengurangi rasa nyeri
5. Mengurangi risiko kejadian fat embolism syndrome dan syok
6. Mengurangi perdarahan
7. Membantu mempercepat proses penyembuhan
1. Bidai Keras
bidai kayu, bidai vakum, bidai tiup
2. Bidai Yang dapat Dibentuk
bidai vakum, bantal, selimut, karton, kawat
bidai vakum, bantal, selimut, karton, kawat
3. Bidai Traksi
sudah bentuk jadi, umumnya pada femur
sudah bentuk jadi, umumnya pada femur
4. Gendongan / belat & bebat
gendongan lengan (mitela)
gendongan lengan (mitela)
5. Bidai improvisasi
menggunakan bahan apa adanya.
menggunakan bahan apa adanya.
Askep
Kasus
Ny N, 33 tahun datang ke UGD karena kecelakaan lalulintas, untuk penanganan pertama telah dilakukan balut bidai pada kaki kanan klien saat ini klien dirawat di bangsal bedah hari ke-3, hasil rongten didapatkan gambaran fraktur inkomplet pada tulang 1/3 proksimal fibula dextra, klien mengeluh nyeri dengan skala 4, Hb 13 gr/dl, Leukosit 14 K/Ul. Saat ini klien direncanakan dipasang traksi.
Pengkajian
1. Pola persepsi pemeliharaan kesehatan
2. Pola eliminasi
3. Pola aktivitas latihan
4. Pola persepsi kognitif dan sensori
5. Pola tidur dan istirahat
6. Pola koping dan toleransi setres
Ds :
- Klien mengeluh nyeri dengan skala 4
Do:
- Hasil rongten didapat gambaran fraktur incomplete pada tulang 1/3 proksimal fibula dextra
- Hb 13 gr/dl
- Leukosit 14 K/uL
Analisa data
Analisa data Problem Etiologi
Ds :
- Klien mengeluh nyeri dengan skala 4
Do:
- Hasil rongten didapat gambaran fraktur incomplete pada tulang 1/3 proksimal fibula dextra Kerusakan mobilitas fisik Nyeri
Kerusakan muskuloskeletal
Perencanaan
Tgl No. DP Kriteria hasil Intervensi Rasional
Kerusakan mobilitas fisik teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 16 minggu dengan kriteria hasil :
1. Klien tidak mengeluh nyeri, skala nyeri 0
2. Hasil rongten tidak ada gambaran fraktur incomplete pada tulang 1/3 proksimal fibula dextra 1. Monitor TTV
2. Monitor skala nyeri
3. Anjarkan teknik relaksasi
4. Batasi aktivitas
5. Bantu klien memenuhi kebutuhan ADL
6. Ajarkan mobilisasi bertahap
7. Kolaborasi dengan fisioterapi
8. Kolaborasi foto rongten
9. Kolaborasi pemberian obat analgetik
10. Kolaborasi pemasangan traksi 1. Karena penaikan suhu menandakan terjadinya peradangan sehingga perlu dimonitor.
2. Fraktur menekan jaringan sekitarnya, maka timbul nyeri dan nyeri perlu dipantau skala nyeri
3. Mengalihkan perhatian pasien
4. Aktivitas yang berlebih dapat menghambat penyembuhan
5. Pada pasien ini mengalami fraktur pada fibula, sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan ADLnya dan perlu dibantu.
6. Dengan mobilisasi bertahap klien dapat memulihkan fungsi otot, sendi dan tulang
7. Dengan fisioterapi dapat mempercepat pemulihan fraktur
8. Hasil foto rongten dapat mengetahui penyembuhan tulang
9. Obat analgetik dapat menghambat stimulus bradikinin sampai ke kortek selebri, sehingga dapat mengurangi rasa nyeri
10. Pemasangan traksi dapat membantu pemulihan bentuk tulang
Simpulan
Penyebab fraktur adalah trauma. Fraktur patologis; fraktur yang diakibatkan oleh trauma minimal atau tanpa trauma berupa: Osteoporosis Imperfekta, Osteoporosis, Penyakit metabolik. Penyebab fraktur trauma, dibagi menjadi dua, yaitu : Trauma langsung, yaitu benturan pada tulang. Biasanya penderita terjatuh dengan posisi miring dimana daerah trokhanter mayor langsung terbentur dengan benda keras (jalanan). Trauma tak langsung, yaitu titik tumpuan benturan dan fraktur berjauhan, misalnya jatuh terpeleset di kamar mandi pada orangtua.
Penatalaksanaan fraktur incomplet yaitu X.Ray, Bone scans, Tomogram, atau MRI Scans, Arteriogram : dilakukan bila ada kerusakan vaskuler, CCT kalau banyak kerusakan otot. Dapat juga dilakukan balut bidai
Farmakologi yang tepat untuk pasien fraktur incomplete adalah analgetik, antibiotik, vit K, antibiotik TT ( Toksoid Tetanus ), antitrombolitik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar